Strategi Pemasaran Informasi di Perpustakaan

Catatan ini terinspirasi dari pertanyaan senior saya di COMBINE, Delima Kiswanti, tentang bagaimana informasi-informasi yang diproduksi oleh COMBINE mampu menginspirasi atau mempengaruhi publik (masyarakat) untuk menyuarakan hal yang sama. Mengambil istilah dalam penyuntingan suara, COMBINE harus mendorong munculnya gema atau echo sehingga tuntutan perubahan makin lebar dan luas.
Pertanyaan di atas menyadarkan saya untuk lebih merinci salah satu kerja pengelolaan pengetahuan (knowledge management), yaitu pemasaran koleksi di Pustaka Kombinasi. Kata “pemasaran” saya gunakan tidak dalam pengertian ekonomi, walau itu mungkin dilakukan, namun untuk menyebut aktivitas mempertemukan koleksi dengan pengguna atau pembaca. Perjumpaan antara koleksi dan pengguna menandai perpustakaan sebagai sebuah pusat informasi, bukan sekadar menumpuk data.
Usaha untuk membangun ruang perjumpaan koleksi dan penggunanya membutuhkan keterampilan pengemasan informasi. Pengemasan informasi adalah kegiatan yang dimulai dari menyeleksi pelbagai informasi dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis, mensintesa, dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai. Singkatnya, informasi musti dikemas kembali untuk memudahkan aktivitas penyebaran informasi dan temu kembali informasi.
Kemasan informasi harus dibuat sesuai dengan kebutuhan informasi bagi pemakai. Untuk keperluan itu, sebaiknya kita mempersiapkan sebuah pangkalan data untuk mengelola pelbagai publikasi, seperti brosur, newsletter, majalah kesiagaan informasi, majalah abstrak dan indeks, bibliografi, karangan baru, presentasi lisan, tinjauan perkembangan baru, tinjauan literatur, monografi, prosiding konferensi, laporan teknis, laporan bisnis atau laporan manajemen, buku panduan, direktori, katalog, dan majalah primer. Selain itu, pengelola bisa mengemas dokumen yang ada dalam media dengar pandang (multimedia) sebagai alternatif kecenderungan pengguna.
Ada sejumlah kerja-kerja dalam pengemasan informasi. Pertama, menyeleksi dan menetapkan topik dari kemasan yang akan dibuat dan informasi yang akan dicakup. Mengutip pendapat Kothler, untuk menentukan topik, perlu dikumpulkan berbagai masukan dan ide-ide yang biasanya berasal dari konsumen atau pemakai produk dan jasa. Kedua, menentukan strategi dalam mencari informasi. Kegiatan ini meliputi menentukan jenis informasi yang dibutuhkan dan jenis sumber informasi yang dapat membantu menemukan informasi yang dibutuhkan. Ketiga, menentukan lokasi informasi dan cara mengakses. Kegiatan ini meliputi menggunakan katalog perpustakaan, menggunakan indeks majalah, dan mencari informasi di internet.
Betapapun lengkapnya suatu koleksi informasi, tidak akan memberikan manfaat bila tidak dikemas kembali dan dikomunikasikan ke pengguna potensial. Untuk mengemas informasi perlu didukung oleh tenaga yang memunyai keahlian di bidangnya atau bekerjasama dengan ahli di bidangnya. Infopreneur adalah seseorang yang kreatif menggunakan data dan informasi yang tersedia untuk menghasilkan informasi baru, mengelola dan menyebarluaskan informasi yang dapat memberikan manfaat bagi pemakainya. Ia juga memunyai visi, dapat mengembangkan kandungan informasi secara inventif dengan menggunakan media teknologi informasi.
Infopreneur harus melekat pada manajer manajemen pengetahuan. Akibatnya, manajer pengetahuan harus mampu memahami prinsip-prinsip pemasaran informasi. Dasar pemasaran sebaiknya mempertimbangkan (1) kebutuhan – mengidentifikasi kebutuhan; (2) keinginan – menciptakan keinginan; (3) permintaan – mendorong permintaan; (4) berhasilnya suatu pemasaran ditentukan oleh jenis jasa, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bentuk fisik jasa informasi yang ditawarkan.
Untuk melihat hasil yang dicapai dari kegiatan pemasaran adalah dari dampaknya terhadap permintaan. Perlu ditentukan cara mengukur pemanfaatan jasa yang diberikan. Contoh untuk mengukur pemanfaatan perpustakaan dapat dilihat dari jumlah pertanyaan yang dilayani di meja informasi, jumlah bahan yang disirkulasi, jumlah pemakai yang mengakses informasi ke pangkalan data, jumlah dokumen yang diperoleh dari koleksi yang ada dan dari luar instansi, dan jumlah pemakai yang akses melalui web.

One thought on “Strategi Pemasaran Informasi di Perpustakaan

  • kata orang2 sih..sedih itu karena kita trlaleu terfokus pada apa yang ada didepan kita, gak melihat apa yang ada di kirikanan dan belakang dan juga yang jauh disana hehehe

Tinggalkan Balasan ke Fernando Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud