Menyikapi Bencana dengan Kearifan Lokal

Ratusan korban gempa bumi dari Bantul mengikuti Pawai Keprihatinan Laku Tapa Bisu “Sanak Gunung Sambang Sedulur Kidul”. Pawai ini merupakan respon terhadap bencana yang datang susul menyusul di bumi Yogyakarta. Gunung Merapi mengeluarkan awan panas dan lava pijar, dan tanggal 27 Mei 2006 telah terjadi gempa bumi tektonik di Bantul yang menewaskan sekitar 6.000 jiwa. Menyikapi bencana ini maka kearifan lokal merupakan penyangga masyarakat untuk bisa tetap tegar. Pawai yang berlangsung pada Minggu 18 Juni ini merupakan prosesi antara warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi di utara dan warga yang terkena bencana gempa bumi di daerah Bantul di Pantai Selatan.Kedua warga ini lalu bertemu di perempatan Kantor Pos Besar. Pertemuan ini merupakan simbol dari wilayah gunung dan laut/pesisir untuk bersama-sama memulai kembali kehidupan yang berdaulat dan bermartabat, bertumpu pada kekuatan sendiri, setelah didera berbagai bencana selama ini. Warga dari gunung tampak membawa berbagai hasil bumi, sedangkan warga pesisir membawa berbagai peralatan pertukangan. Setelah semuanya bertemu di titik pusat Kota Yogyakarta itu. mereka saling bertukar beragam jenis panganan yang dilanjutkan dengan makan bersama serta menampilkan berbagai kesenian tradisional.

“Walaupun kemasannya pawai seperti ini, tetapi sebenarnya yang kami lakukan ini semacam demonstrasi. Kami harap pihak-pihak yang berkewajiban membantu korban bencana seperti pemerintah, bisa tanggap lebih cepat,” ungkap Akhid, salah satu warga Bantul.

Elanto Wijoyono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud