Dibantu Blog, SPP Mencetak Petani Masa Depan

Oleh Rohman Yuliawan

Petani di pelosok desa jago main internet? Ah, masak? Boleh jadi respon semacam ini yang akan terlontar dari banyak orang. Pasalnya, di negara kita internet masih identik sebagai “mainan mewah” bagi segelintir kalangan saja. Menurut sumber Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada akhir tahun 2005 jumlah pemakai internet di Indonesia baru berkisar 16 juta orang. Artinya baru 7,2% dari keseluruhan penduduk Indonesia yang berkesempatan memanfaatkan teknologi ini.Sebagian besar pemakai internet adalah kalangan terdidik, tinggal di perkotaan dan berpenghasilan menengah ke atas. Dengan konfigurasi seperti itu, maka kelompok petani dengan segala keterbatasan pendidikan, ekonomi, dan lokasi tinggalnya yang jauh di pelosok desa diasumsikan berada di luaryang 7,2% itu.

Namun statistik di atas bukanlah harga mati. Mungkin tak lama lagi akan muncul petani-petani yang cekatan berinternet seiring menderasnya upaya-upaya memperkenalkan teknologi ini oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga nonpemerintah.

Salah satunya tengah berjalan di pelosok Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jika dihadapan Anda sekarang ada komputer yang tersambung dengan internet coba tilik alamat www.sekolahpetani.blogspot.com.

Dalam blog yang diberi tajuk “Masa Depan Petani” ini, diberitakan anak para petani membuktikan diri tak kalah lihai dalam menulis dibanding rekan-rekan seusianya di kota. Meski tinggal di pelosok desa yang hanya bisa dijangkau dengan ojek, beberapa dari mereka percaya diri ikut mengisi blog (semacam catatan harian di internet) dengan tulisan mereka. Belakangan, tulisan mereka diterbitkan dalam bentuk buku berjudul “Kami Bangga Jadi Anak Desa”.

Berbeda dengan kebanyakan blog yang bertebaran di internet, www.sekolahpetani.blogspot.com yang online mulai bulan Maret 2006 ini juga dimaksudkan sebagai media untuk menggalang dukungan keuangan untuk sekolah-sekolah setingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang dikelola oleh Serikat Petani Pasundan (SPP). Tak heran jika pada blog ini dicantumkan pula ajakan untuk memberikan donasi pada SD dan SMP yang dikelola SPP.

Saat ini telah tiga sekolah didirikan oleh SPP di tiga lokasi, yakni Madrasah Tsanawiyah “Assururon” di Kabupaten Garut, Madrasah Tsanawiyah “Darul Hikmah” di Kabupaten Tasikmalaya, dan “SMP Plus Pasawahan” di Kabupaten Ciamis. Ratusan siswa menikmati fasilitas sekolah secara gratis di sekolah yang memanfaatkan bangunan sederhana berdinding kayu, tak jauh berbeda dengan kondisi kebanyakan rumah petani. Para siswa diajar oleh guru-guru sukarela aktifis SPP.

Sesuai niatan dasarnya yang dicantumkan pada sekolahpetani.blogspot.com, program sekolah petani dimaksudkan untuk “…menguatkan kedudukan tawar dari para petani, kini tak bisa lagi diharapkan dari kerja tambal sulam. Pendidikan petani sejak masa mudanya merupakan jaminan sepenuhnya untuk memerdekakan mereka dari belenggu ketakadilan dalam kehidupan pedesaan”.

Sejalan dengan niatan itu Boy Fidro, seorang fasilitator pengampu program edukasi SPP dalam pernyataannya yang dimuat harian Kompas (edisi Selasa, 18 April 2006), mengharap para siswa dari sekolah petani dapat berperan memajukan pertanian di lingkungan mereka. “Sekolah ini dibangun di atas komunitas dan lulusannya akan kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhan komunitas. Kami tidak ingin menjadi sekolah yang hanya mengajarkan ilmu untuk pergi,” kata Boy. la tidak ingin pengetahuan yang mereka dapat malah menjauhkan mereka dari komunitasnya, misalnya hanya untuk bekal mencari kerja di kota atau luar negeri. Dengan masih tidak stabilnya sistem pendidikan di lndonesia,mari kita dukung sekolah untuk calon-calon petani ini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud