Identitas Kota pada Batik Semarang 16

Oleh Saroni Asikin

Pada mulanya adalah ketertarikan Umi S Adi Susilo (pemilik Sanggar Batik Semarang 16) kepada batik. Benih ketertarikan itu muncul manakala dia mengikuti pelatihan pengembangan kepribadian di Semarang Study Center (SSC) pimpinan Rahayu Panggardjito. Sang instruktur adalah seseorang yang sangat mencintai dan menjadi kolektor batik. Di sela-sela latihan, perempuan itu mengenalkan Umi pada beragam jenis motif batik nusantara seperti batik Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan Lasem. Tak termungkiri, Umi pun ingin melakukan hal serupa. Satu hal yang ingin dia lakukan kali pertama adalah belajar membatik.

Selanjutnya, dia mencari tempat yang pas untuk melakukan itu. Dia mendatangi banyak workshop batik. Sayang sekali, kebanyakan perajin batik “menutup’’ ilmu mereka. Sebelas tahun berikutnya, barulah dia beroleh informasi mengenai pelatihan batik di Museum Tekstil Jakarta.

Demi mewujudkan keinginannya, dia rela pergi-pulang Jakarta-Semarang selama beberapa waktu bersama seorang sahabatnya yang bernama Zazilah. Sembari berlatih, perempuan kelahiran Bekasi, Agustus 1970 itu sudah mulai membuat batik sendiri di rumahnya di Semarang. Dia mereproduksi batik-batik Belanda yang dikreasi di Semarang seperti batik Franquenmont dan Ossterom.

Setelah beberapa waktu, timbul keinginan dalam diri Umi untuk lebih mengenalkan batik pada masyarakat. Apalagi ketika itu, gagasan untuk melestarikan kreasi tekstil khas nusantara itu begitu memenuhi pikirannya. Tapi bagaimana caranya?

Tak ingin hanya terjebak dalam gagasan konseptual yang bisa saja setiap kali menguap seperti gelembung sabun, Umi menawarkan sebuah formula awal pelestarian itu. Caranya dengan membuka pelatihan membatik untuk kalangan umum di Semarang sehingga orang yang tertarik di bidang itu tak harus ke Jakarta seperti dirinya.

Dengan menggandeng Zazilah, dan juga didukung para pengajarnya di Museum Tekstil, dia membuka Semar 16 Batik Course. Tempatnya berada di SSC milik Rahayu Panggardjito di Jalan Singosari II/7 Semarang. Tujuannya jelas, yaitu membagi ilmu atau pengalaman membatik pada masyarakat, khususnya generasi muda agar dapat mengenal, mencintai, dan melestarikan batik sebagai identitas bangsa.

Karena tempat pelatihan tidak memenuhi syarat untuk proses pewarnaan dan penjemuran kain, lokasi pelatihan dipindah ke rumah keluarga suaminya (Slamet Adi Susilo) di Jalan Bukit Seroja I/E-190, Semarang. Tapi ternyata, masih ada kesulitan untuk proses penjemuran. Akhirnya, lokasi dipindah ke sebuah rumah di Jalan Bukit Kelapa Hijau V Blok BE No 1-2, Bukit Kencana Jaya, Semarang. Itu semua dilakukan dengan alasan agar produksinya tetap ramah lingkungan.

“Saya sangat peduli terhadap persoalan polusi lingkungan. Makanya, saya memakai warna-warna alam untuk pembatikan. Selain itu, keseluruhan proses pembatikan di sanggar kami juga semaksimal mungkin tidak membuat lingkungan sekitar terpolusi,’’ ujar Umi sembari menyebutkan beberapa bahan pewarna alam seperti jelawe, tingi, nila, kapur, tunjung, tegeran, tawas, secang, dan somba.

Kurang lancar

Tapi pelatihan yang dibuka Umi kurang lancar pada awalnya. Itu karena kurang sosialisasi sehingga sangat sedikit orang yang mau berlatih. Tak patah arang, Umi mulai menyosialisasikan pelatihan batik di sekolah-sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler.  Ini ada hubungannya dengan tujuan utama pelestarian batik di kalangan generasi muda. Pada Tahun Ajaran 2005-2006, lembaga pelatihan miliknya mulai mengajar batik di SMP dan SMA Semesta Bilingual Boarding School di Semarang.

Pola itu terus berlangsung hingga selanjutnya pelatihan batik pun dilakukan di SMP Karangturi dan SDI Al-Azhar 14 Semarang. Lembaganya juga menjalin kerja sama dengan Museum Ronggowarsito Jawa Tengah dalam bentuk pelatihan membatik untuk muda-mudi karang taruna, kelompok ibu PKK se-Kota Semarang, dan siswa SMA se-Kota Semarang secara berkala hingga sekarang.

Agar lebih mudah disebut, nama Semar 16 Batik Course lalu berubah menjadi UmiZie Batik Course. Dengan nama baru itu, lembaga bekerja sama dengan tim peneliti batik dari Undip Semarang dengan mengadakan pelatihan batik pada mahasiswa kampus tersebut. Kerja sama itu menghasilkan beberapa motif khas Semarang seperti Kembang Ceplok Deti dan Kembang Deti Dr Dewi Yuliati dan Ngesti. UmiZie Batik Course sendiri membuat repro batik-batik Semarang yang diproduksi pada zaman kolonial seperti yang dijumpai pada beberapa buku batik karya Pepin van Roojen dan Inger McCabe Elliott.

UmiZie Batik Course selanjutnya mengadakan pameran di beberapa hotel berbintang di Semarang bertema “Batik Semarang Tempo Dulu”. Sambutannya luar biasa, baik dari masyarakat umum, pemerhati batik maupun dari Pemkot Semarang. Apresiasi bagus itu memotivasi UmiZie Batik Course memperbesar produksi. Namanya pun berubah menjadi Batik Semarang 16 hingga kini. Dengan “bendera’’ baru tersebut, pelbagai event pameran telah dilakukan perusahaan batik tersebut.

Ragam hias Semarangan

Ciri khas karya Batik Semarang 16 adalah motif dan ragam hias yang mengambil artefak dan kekhasan Kota Semarang. Ini tentu saja melalui proses yang panjang, termasuk di dalamnya pendapat dan komentar minor soal keberadaan batik yang bisa disebut khas Semarang.

Sebelumnya, sering muncul pertanyaan: adakah yang bisa disebut batik Semarang? Kalau ada, apa ciri khasnya? Ragam hias seperti apa yang bisa langsung jadi titik pengenal suatu batik disebut batik Semarang. Yang tanya seperti itu tak hanya orang dari luar Semarang, tapi juga orang dari dalam Kota Semarang sendiri.

“Setiap mengadakan pelatihan dan pameran, saya selalu ditanya apa benar ada batik Semarangan? Ya, orang-orang tentu sudah mengenal batik Solo, Yogya, Pekalongan, atau Lasem. Tapi saya terus saja berkreasi dengan memunculkan ragam hias yang saya ambil baik dari artefak di Kota Semarang maupun kekhasan lain dari kota itu,’’ tandas Umi. Ya, dalam suasana keragu-raguan mengenai identitas batik Semarang, Batik Semarang 16 terus berkreasi menghasilkan batik-batik yang khas.

Sebagai identitas batik gaya Semarangan, di antara ratusan motif, 11 di antaranya telah diakui dan dipatenkannya di HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Kesebelas motif itu menampilkan artefak Semarang sebagai ragam hiasnya, antara lain Lawang Sewu Ngawang, Ceng Ho neng Klenteng, Asem Arang (bervarian tiga motif), Gambang Semarangan, Tugu Muda Kekiteran Sulur, dan Blekok Srondol.

Pemberdayaan masyarakat

Nilai penting keberadaan Batik Semarang 16 bisa dilihat pula pada upaya pemberdayaan masyarakat yang dilibatkan dalam keseluruhan proses pembatikan. Setidaknya sekarang tercatat lebih dari 30 orang bekerja di sanggar batik tersebut. Sebagian besar mereka adalah kaum perempuan dari Metesih, yaitu wilayah di sekitar sanggar itu berada. Umumnya, mereka adalah orang-orang binaan dalam pelatihan-pelatihan yang Umi selenggarakan sejak sanggarnya masih bernama Semar 16 Batik Course.

Selain pembatikan dan pelatihan yang masih terus dilakukan, Batik Semarang 16 terus menyosialisasikan batik-batik khas Semarang pada pelbagai kesempatan, baik pameran maupun gelar karya. Khusus untuk gelar karya, bisa disebutkan salah satu yang cukup spektakuler, yaitu fashion show di gedung Lawangsewu Semarang, pada 2 Mei 2008, yang bertajuk “Smaradhana Batik Semarang ing Lawang Sewu” yang menghadirkan desainer ternama dari APPMI Jawa Tengah, APPMI Jakarta, APPMI Jabar, dan APPMI Bali. Semua desainer itu mengekplorasi batik dari Batik Semarang 16. Beberapa nama bisa disebut antara lain Anne Avantie, Rudi Chandra, Taruna Kusumayadi, Lenny Agustin, Jeanny Ang, Oka Diputra, Ali Kharisma, Ferry Sunarto, Gregorius Vici, Inge Tjoe, dan KesdikTur Wiyono.

Di luar itu semua, lewat Batik Semarang 16, Umi memperlihatkan bahwa seseorang yang nihil tentang batik bisa saja menjadi pemicu munculnya kegairahan berkreasi atau berwiraswasta. Buktinya, kini muncul banyak sanggar batik di Semarang, misalnya Kampung Batik yang juga aktif berproduksi dan memberikan pelatihan.***

Alamat Batik Semarang 16:
Jalan Bukit Kelapa Hijau V Blok BE No 1-2 Bukit Kencana Jaya, Tembalang, Semarang
Telepon: 024-76483797
Website: www.batiksemarang16.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud