Twitter & Penanggulangan Resiko Bencana: Menjaga Akurasi Data

#DONASI nasbung utk 6000 pengungsi di Pusdiklatpor Depo Kompi C, Wedi, Klaten. MALAM INI | Candy 081804260550.

5 November 2010, 19.30 WIB, tiba-tiba sebuah telepon dari relawan lapangan Jalin Merapi, mengagetkan kami. Posko Pusdiklatpur di Wedi Klaten membutuhkan nasibungkus untuk 6000 pengungsi. Posko Depo, kami menyebutnya demikian, baru saja menerima pengungsi dari desa Balerante dan Sidorejo Klaten. Telepon yang bernada setengah putus asa tersebut meminta kami untuk mengabarkan pada publik mengenai kebutuhan tersebut. Kami tidak berani menjanjikan apa-apa karena malam semakin larut. Siapa yang sanggup menyediakan nasi bungkus sebanyak itu pada saat seperti itu.

Namun media center Jalin Merapi tetap menyebarkan permintaan tersebut. Rasanya, waktu berjalan sangat pelan. Tweet kebutuhan #NASBUNG itu langsung di di re-tweet oleh follower @jalinmerapi. Setengah jam kemudian, telepon kembali berdering. Relawan di Klaten mengabarkan bahwa kebutuhan #NASBUNG sudah tercukupi. Ia meminta kami agar segera mengabarkan pada masyarakat mengenai hal ini, agar tidak terjadi penumpukan #NASBUNG. Lega rasanya mengetahui bahwa para pengungsi di Depo, Wedi Klaten tidak kelaparan. Saya lupa siapa yang membuat tweet, tapi isi tweetnya seperti ini:

#DONASI Puslatpur Depo Kompi C, Wedi, Klaten sdh kelebihan stok nasbung. Air minum masih dibutuhkan

Inilah kisah yang dipaparkan Ambar Sari Dewi, salah seorang relawan yang mengelola media center di Jalin Merapi induk.  Sejak letusan pertama tanggal 26 Oktober 2010, arus informasi melalui twitter Jalin Merapi begitu derasnya. Twitter Jalin Merapi yang awalnya hanya dikelola oleh 2 orang, membutuhkan dukungan relawan yang lebih banyak akibat begitu besarnya kebutuhan masyarakat atas berbagai informasi terkait Gunung Merapi. Praktis 10 relawan pengelola informasi  Jalin Merapi tak ada yang bisa beranjak dari layar komputer, terutama setelah letusan ketiga yang begitu dahsyat pada Jumat dini hari,  5 November 2010.

Mengelola twitter di saat bencana bukan pekerjaan mudah. Dengan keterbatasan 140 kata, maka seseorang harus mampu mengemas pesan  sependek mungkin tetapi juga  sangat informatif. Hal kedua yang paling penting adalah akurasi data. Seringkali orang menjadi ragu dengan ribuan twitter yang isinya meminta bantuan. ”Apakah mereka memang  korban merapi,” ”Siapakah yang prioritas harus dibantu?” Pertanyaan semacam ini kerap muncul di benak  sebagian orang yang ingin memberikan bantuan.

”Kita di tim admin sudah mempunyai ketentuan bahwa setiap permintaan bantuan atau penyedia bantuan harus mencantumkan kontaknya atau disimbolkan dengan CP. Jadi jika ada pemberi bantuan yang ragu, mereka bisa langsung berhubungan dengan pihak yang membutuhkan bantuan,” ujar Ambar Sari Dewi.  Bahkan menurut Nasir, koordinator Media Center Jalin Merapi, sebaiknya CP diletakkan di bagian depan, karena informasi penting ini seringkali terpotong jika diletakkan di bagian belakang  pesan.

Menurut Adriani Zulivan, tim admin Jalin Merapi juga menentukan sejumlah hashtag (atau #) ”baku” yang disepakati bersama. Hal ini penting agar pengguna twitter mudah mencari isi pesan berdasarkan temanya. Ada sekitar 29 hashtag yang disepakati antara lain #DEMAND: kebutuhan warga yang terdampak bencana, #SUPPLY yaitu penyedia/donatur kebutuha, #SURPLUS: informasi barang kebutuhan yang sudah berlebihan di suatu lokasi, #AKSI: Aksi simpatik untuk korban bencana, #TRANS: Transportasi, #ALERT: Peringatan awat terkait kondisi bencana, dan lain-lain.  ”Orang-orang yang bekerja di balik akun @jalinmerapi harus peka membaca seluruh informasi yang masuk, terutama dalam kaitannya untuk kebutuhan warga terdampak bencana Merapi,” ungkap Adriani.

Keraguan banyak orang akan informasi yang ada di twitter dipecahkan dengan adanya verifikasi data. Jadi ketika tim admin menerima informasi mengenai kebutuhan korban berikut kontaknya, maka sebelum disebarkan via twitter ada yang bertugas untuk konfirmasi ke pihak pemberi informasi. Ibu Floribertha Widyarsi adalah pihak yang paling sibuk  mengerjakan tugas verifikasi tersebut. ”Kita tidak mau pemberi bantuan sudah datang jauh-jauh tetapi informasi yang diberikan ternyata salah. Oleh karena itu kita selalu menelpon ulang informasi kontak yang masuk. Terutama yang ada di luar posko Jalin Merapi,”ungkapnya.

Setelah melalui verifikasi data maka bermuara pada data terintegrasi bernama Daftar Kebutuhan Posko yang dapat diakses  melalui situs web Jalin Merapi. Data ini merupakan salah satu informasi yang paling banyak dicari masyarakat umum di luar Merapi. Ia dicari sebagai rujukan untuk berdonasi. Inilah upaya yang dilakukan oleh Jalin Merapi untuk memberikan data yang akurat. (Ade Tanesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud