Sahana dari Bencana; Ketika Teknologi Informasi Turut Membantu

Sesaat setelah tsunami melanda, sedikitnya 12 belas negara Asia yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, terjadilah kepanikan luar biasa. Gempa bumi dahsyat yang terjadi di kedalaman lautan di antara Sumatera dan Andaman pada tanggal 26 Desember 2004 lalu itu telah menyebabkan sekitar 230.000 jiwa menjadi korban. Hampir 200.000 korban berasal dari Indonesia. Lebih dari 5 juta orang kehilangan tempat tinggal, serta akses terhadap makanan dan air. Upaya tanggap bencana hingga proses pemulihan berlangsung di setiap negara yang terkena dampak bencana. Dampak kerusakan dan kerugian luar biasa yang terjadi tentu saja menyebabkan penanganan korban dan upaya pertolongan tidak bisa dengan mudah dilakukan.Dan….. siapa pun datang membantuHati siapa yang tak tersentuh dengan kejadian mahadahsyat itu. Ya, tak terkecuali para pegiat industri teknologi informasi yang sehari-hari tak pernah lepas dari komputer di ruang kerja. Sekelompok programer dari Sri Lanka–negara yang turut terkena dampak tsunami dan sedikitnya 30.000 jiwa melayang karenanya–dalam usahanya mencari cara untuk turut membantu pun menyadari bahwa proses tanggap bencana berjalan kurang efektif. Menurut mereka yang tergabung dalam sebuah  organisasi nonpemerintah bernama Lanka Software Foundation ini, upaya pertolongan yang telah berjalan masih belum terkelola dengan baik.

Berangkat dari kompetensi di bidang teknologi informasi (TI), menurut mereka, teknologi ini bisa turut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. TI bisa membantu menemukan orang hilang dengan cepat dalam situasi kacau itu, memastikan bahwa setiap orang terhitung dan terlacak, membantu penentuan prioritas respon bantuan kepada penderita dampak bencana paling kritis, dan membantu mengatur keseimbangan distribusi antara bantuan dan persediaan yang ada. Lebih jauh, bisa pula membantu menghubungkan para donor, relawan, lembaga-lembaga non-pemerintah, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk bekerja dalam satu kesatuan. Juga, TI bisa digunakan untuk memantau transparansi dalam proses usaha-usaha pertolongan tersebut.

Tak puas sekadar menganalisa, mereka pun segera membangun sebuah sistem manajemen bencana. “Sahana”, sebuah sistem manajemen (dampak/resiko) bencana pun lahir. Tiga  minggu setelah sistem dibangun, Sahana pun disahkan menjadi bagian dari portal resmi Pusat Operasi Nasional (Center for National  Operation), badan utama Pemerintah Sri Lanka yang mengoordinasikan penanganan bantuan. Puluhan relawan dari berbagai lembaga terlibat dalam pengembangan sistem ini, juga sekitar 100 mahasiswa yang dilibatkan untuk menyebarluaskan sistem serta mengumpulkan dan memasukkan data populasi desa-desa yang terkena dampak bencana. Pada saat Pusat Operasi Nasional ditutup pada awal Februari 2006, sistem Sahana ini telah mencakup data lebih dari 26.000 keluarga.

Sistem aplikasi penolong korban
Sahana merupakan sebuah kumpulan aplikasi-aplikasi berbasis internet yang menyediakan solusi-solusi manajemen. Sistem ini diarahkan pada masalah-masalah perbedaan mengenai kebutuhan informasi untuk mengelola permasalahan koordinasi atas dampak suatu bencana. Beberapa modul aplikasi telah dibangun untuk mengatasi beberapa permasalahan yang sering muncul, meliputi:
  1. Pendaftaran Orang Hilang  buletin online mengenai orang hilang, orang yang ditemukan, hingga orang yang mencari seseorang
  2. Pendaftaran Organisasi  mengoordinasikan dan menyeimbangkan persebaran organisasi-organisasi penolong di area yang terkena dampak bencana; tidak hanya menginformasikan lokasi tiap organisasi, tetapi juga cakupan layanan yang mereka sediakan
  3. Sistem Manajemen Permintaan (Request)  sebagai sebuah penyimpanan online tempat seluruh pihak/lembaga pemerintah maupun nonpemerintah bisa mendaftar dan melacak seluruh permintaan bantuan serta membantu para donor mengetahui kebutuhan jenis bantuan
  4. Pendaftaran Camp  melacak lokasi dan jumlah korban di berbagai barak pengungsian dan tempat lindung sementara di kawasan yang terkena dampak bencana
  5. Manajemen Relawan  mengoordinasikan informasi kontak, keahlian, tugas, dan ketersediaan relawan
  6. Manajemen Inventaris  melacak lokasi, kuantitas, dan masa kadaluwarsa persediaan
  7. Kesadaran Situasi  menyediakan sebuah ikhtisar sistem informasi geografis (SIG) mengenai situasi yang ada yang bermanfaat bagi para pengambil kebijakan.

Modul-modul canggih di atas tentunya akan sia-sia belaka jika tetap dikembangkan secara terpisah oleh setiap organisasi yang bergerak untuk tanggap bencana. Oleh karena itu, Sahana sendiri diancangkan sebagai sebuah sistem aplikasi yang akan merangkum data dan informasi dari seluruh organisasi yang bergiat di lapangan. Setiap organisasi, baik pemerintah maupun nonpemerintah, mengumpulkan data lapangan dan mengolahnya di kantor masing-masing. Selanjutnya, setiap dari mereka akan memilih data dan informasi mana yang akan dibagi dan dipertukarkan ke server induk Sahana melalui jaringan internet. Server induk Sahana akan merangkum semua data dari berbagai organisasi tersebut sebagai database dan bisa diakses oleh siapa pun. Sistem ini memungkinkan adanya cek silang dan saling melengkapi antardata yang terangkum. Dengan demikian, masyarakat luas dan organisasi pemberi bantuan lain akan dengan mudah bisa mendapatkan data dan informasi yang diperlukan melalui satu pintu, sebagai hasil kolaborasi bersama. Selama ini yang terjadi, data dan informasi yang tersebar begitu beragam, setiap organisasi memiliki versi data masing-masing, sehingga cukup membingungkan masyarakat yang bermaksud mencari data dan informasi.

Bebas dan terbuka
Sekarang ini, sebenarnya sudah ada sejumlah kecil aplikasi perangkat lunak semacam Sahana, tetapi semuanya berstatus proprietary software yang untuk menggunakannya harus melakukan pembelian. Namun, disadari bahwa dengan aplikasi itu, baik secara praktis maupun etis, akan sulit membebankan persyaratan perizinan yang kaku pada masa-masa krisis. Oleh karena itu, dalam situasi darurat tersebut, Sahana secara sengaja telah diancangkan sebagai sebuah sistem aplikasi yang bebas dan terbuka (FOSS  Free and Open Source Software). Pilihan ini menjadi sangat beralasan mengingat ada banyak negara yang tidak akan mampu menghasilkan dan menginvestasikannya. Terlebih jika negara itu tidak memiliki anggaran untuk manajemen bencana ketika tidak ada bencana yang terjadi. Selain bisa diunduh (download) dan digunakan kapan saja, sistem aplikasi ini juga memberikan kesempatan bagi keterlibatan para relawan dan masyarakat dunia. Di luar tim inti Sahana, sistem aplikasi ini juga turut dibantu oleh sebuah komunitas global (Humanitarian-ICT) yang menaruh perhatian pada penerapan FOSS untuk kemanusiaan.

Untuk konteks Indonesia, yang baru saja memiliki undang-undang Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Nasional  Penanggulangan Bencana, penerapan sistem ini tentu saja akan mendukung upaya untuk mengubah paradigma penanganan bencana yang selama ini masih bersifat reaktif dan responsif menjadi suatu kegiatan yang lebih bersifat preventif. Satu langkah maju telah dimulai di Asia dengan dukungan penuh komunitas dunia. Siapa sangka memberikan pertolongan bencana bisa dilakukan dari balik komputer di ruang kerja? ***

Oleh Elanto Wijoyono


Website
Website proyek Sahana
http://www.sahana.lk
http://cvs.opensource.lk

Sahana Wiki
http://www.reliefsource.org/foss/index.php/Sahana

Website The Lanka Software Foundation (LSF)
Http://www.opensource.lk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud