Radio Komunitas Tak Perlu Anti Pasar

Pengelolaan radio komunitas cukup rumit. Semua sumber daya sangat terbatas, tak terkecuali keuangan. Sebagai lembaga penyiaran komunitas, radio komunitas harus mampu mempertahankan diri berbekal pendanaan dari komunitas. Namun, kesadaran warga untuk terlibat hingga masalah pendanaan sangat kecil.

Situasi inilah yang dirasakan Radio Komunitas Padang Sago FM, di Padang Sago, Padang Pariaman. Jelas tahap semester kedua, seluruh masalah muncul bersamaan. Ada masalah kemampuan kru yang rendah, dukungan pelatihan yang langka, pendanaan yang tertatih-tatih, hingga surutnya semangat untuk mengorganisasikan sumber daya komunitas.

Tanda-tanda di atas berakar dari minimnya pemahaman tentang radio komunitas yang dimiliki setiap kru. Pengalamanku mengikuti Konferensi Radio Komunitas Se-Asia Pacific di Bangalore, India, pada 2010 menyadarkanku akan pentingnya dukungan ilmu manajemen pemasaran dalam pengelolaan radio komunitas. Meskipun radio komunitas bersifat nirlaba, bukan berarti dia lepas dari urusan komersil.

Singkatnya begini, radio komunitas tidak akan bisa beroperasi tanpa dukungan pendanaan. Setiap bulan, radio komunitas harus membayar listrik, pengadaan CD lagu, akses internet, memperbaiki alat yang rusak, pengadaan sarana pendukung, pengadaan makanan kecil untuk rapat, dan transportasi untuk liputan dan rapat koordinasi dengan jaringan. Selama ini biaya-biaya itu ditanggung oleh para kru dengan menyisakan uang jajan atau sebagian penghasilannya. Rata-rata radio komunitas mengeluarkan uang belanja sebesar satu juta rupiah.

Manajemen pemasaran berperan untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki radio supaya bernilai ekonomi. Nilai ekonomi ini menghasilkan pendapatan radio yang dimanfaatkan untuk keberlangsungan kegiatan penyiaran. Ada empat sumber daya yang bisa dikelola oleh sumber daya komunitas, yaitu slot waktu penyiaran, rumah produksi, event organizer, dan kontributor berita.

Pertama, slot waktu penyiaran. Waktu penyiaran bisa dijual untuk penyiaran iklan layanan masyarakat dan iklan komersil. Iklan layanan masyarakat diperlukan untuk menyebarluaskan atau mendidik pendengar akan isu atau kegiatan tertentu. Iklan komersil hanya diperbolehkan untuk kegiatan ekonomi di wilayah siar radio. Iklan komersil bermanfaat untuk meningkatkan kegiatan ekonomi warga atau komunitas. Layaknya iklan komersil lainnya, radio komunitas bisa mendapatkan pemasukan dari pembayaran jam tayang iklan.

Kedua, rumah produksi. Radio komunitas memiliki orang yang terlatih di bidang elektronika, komputer, dan pengolahan audio. Radio bisa melayani permintaan pembuatan iklan, perbaikan alat-alat elektronik, dan lainnya. Kegiatan ini bisa mengasah keterampilan penanganan alat dan materi siaran.

Ketiga, event organiser. Ini merupakan kegiatan nonsiaran radio komunitas. Radiokomunitas bisa bekerjasama dengan pelbagai pihak untuk menyelenggarakan kegiatan, bisa pagelaran musik, kesenian, keagamaan, dan perlombaan. Radio bisa mendapatkan pemasukan dari slot penyiaran iklan dan bagi hasil keuntungan kegiatan.

Keempat, kontributor berita. Radio komunitas bisa mengirimkan berita audio, naskah audio, dan tulisan untuk lembaga-lembaga penyiaran berjaringan. Keuntungan yang diperoleh radio bisa berlipat, radio bisa menyebarluaskan isu dan informasi dengan jangkauan yang luas dan radio bisa mendapatkan perdiem bila beritanya dimuat oleh pengelola radio berjaringan.

Pengelolaan empat sumber daya di atas membutuhkan sentuhan manajemen pemasaran. Tanpa insting pemasaran, sumber daya tersebut sulit diolah menjadi bernilai ekonomi, akhirnya kematian radio komunitas tinggal menunggu waktu. Pegiat radio komunitas tak perlu gamang berurusan dengan dunia ekonomi dan pasar. Komunitas akan lebih bangga memiliki radio komunitas yang mandiri dan mendukung kegiatan perekonomian mereka.

Sabar Rina, Direktur Radio Komunitas Padang Sago FM, Padang Pariaman

Unduh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud