Merintis Pendidikan Berbasis Masyarakat

RESENSI BUKU

Judul Buku : Sekolah Masyarakat;
Penerapan Rapid-Training-Design Dalam Pelatihan Berbasis Masyarakat
Penulis  : Wahyudin Sumpeno
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan  : Pertama, 2009
Tebal  : xv + 329 halaman
Harga   : Rp 45.000,-
Peresensi  : Supriyadi*)

Sudah barang tentu dan tidak dapat disangkal lagi bahwa kemajuan suatu bangsa itu lebih ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dari pada sumber daya alam. Telah banyak bukti bahwa negara dengan sumber daya alam yang melimpah akan tetapi sumber daya manusianya rendah, kalah bersaing dengan negara-negara yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, untuk mencapai pembangunan bangsa, peningkatan kulitas sumber daya manusia harus mendapatkan perhatian utama. Salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan pendidikan yang berkualitas sehingga melahirkan masyarakat berkualitas.

Wahyudin Sumpeno dalam bukunya yang berjudul “Sekolah Masyarakat; Penerapan Rapid-Design-Training Dalam Pendidikan Berbasis Masyarakat” mengeksplanasikan penerapan pendidikan dengan masyarakat langsung sebagai basisnya. Pendidikan berbasis masyarakat adalah tawaran yang sangat bagus untuk mengembangkan dan memajukan kualitas masyarakat melalui media pendidikan.

Menurut Comton dan Mc Clusky, pendidikan berbasis masyarakat adalah proses di mana setiap anggota masyarakat hadir untuk mengemukakan setiap persoalan dan kebutuhan, mencari solusi mengerahkan daya yang tersedia, dan melaksanakan kegiatan atau pembelajaran, atau keduanya. Dengan demikian, pendidikan berbasis masyarakat adalah salah satu model pendidikan yang mana masyarakat menjadi tumpuan kekuatan pada pendidikan.

Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas, diperlukan penanganan yang sistematis serta melibatkan peran dari semua pihak, tidak hanya lembaga pendidikan dan pemerintah, tetapi juga masyarakat itu sendiri. Pengelolaan pendidikan yang bertumpu pada kekuatan masyarakat semakin menjadi tuntutan pada dunia pendidikan. Semakin baik kualitas pendidikan, semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya yang terlahir.

Dengan demikian, kebutuhan pelatihan merupakan bagian integral dari proses penguatan pelembagaan dalam mempersiapkan pelaku pembangunan (stakeholders) agar mampu berpartisipasi dalam pengelolaan program pembangunan. Kebutuhan suatu model pembelajaran transformatif yang memberikan suatu pandangan menyeluruh tentang pelatihan berbasis masyarakat menjadi sangat krusial dalam rangka meningkatkan kapasitas lembaga dan sumber daya manusia (hal. 23).

Masyarakat dalam konteks pendidikan berbasis masyarakat bertumpu pada tiga pilar utama yaitu “dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat”. Pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan merupakan jawaban terhadap apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Pendidikan oleh masyarakat artinya masyarakat merupakan pelaku atau subyek pendidikan yang aktif, bukan hanya sekadar obyek pendidikan. Pendidikan untuk masyarakat artinya masyarakat diikutsertakan dalam semua program yang dirancang untuk menjawab kebutuhan mereka (Zubaidi, 2007).

Mendidik masyarakat merupakan gerakan bersama, bukan sekadar mengajarkan wawasan dan keterampilan, tetapi juga memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun pilar-pilar pembelajaran dalam diri manusia pada masyarakat. Dan hal itu menjadi bukti bahwa masyarakat mempunyai potensi yang besar dalam membangun dan memperbaiki kehidupannya dengan cara-cara yang dimilikinya.

Dengan demikian, pendidikan berbasis masyarakat merupakan salah satu varian pendidikan yang mana peran masyarakat sangat menonjol. Masyarakat mutlak dibutuhkan, selain sebagai peserta didik, masyarakat juga menjadi pelaku dari pada pendidikan tersebut. Sementara peran fasilitator dalam pendidikan berbasis masyarakat tersebut, yaitu memberikan ruang kreatifitas dan mendorong penghayatan bagaimana belajar secara efektif. Oleh karena itu, fasilitator lebih berupaya menciptakan konteks, hubungan manusiawi dan membangun citra positif. Bukan membuat instruksi, berdiri, berpidato, presentasi, dan berdemontrasi di depan pembelajar (hal. 200).

Pokok dari pada pendidikan berbasis masyarakat adalah proses kesadaran hubungan yang ditujukan pada pengembangan masyarakat dengan memperhatikan kondisi beberapa aspek seperti pendidikan, sosial, politik, lingkungan, ekonomi, dan lain sebagainya. Selain itu, pendidikan berbasis masyarakat dalam pelaksanaannya mewajibkan agar tidak terlampau jauh dari realitas yang dialami masyarakat, sehingga program pendidikan disusun berdasarkan kondisi dan kebutuhan riil dalam masyarakat, mulai dari perencanaan pendidikan hingga tahap evaluasinya.

Dengan membaca buku yang berjudul “Sekolah Masyarakat; Penerapan Rapid-Design-Training Dalam Pendidikan Berbasis Masyarakat”, para pembaca diberikan ilustrasi dan tuntunan teori-teori pelaksanaan pendidikan berbasis masyarakat. Secara riil, pendidikan berbasis masyarakat perlu dikembangkan untuk mencetak individu-individu yang unggul dan melahirkan masyarakat dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal itu mutlak menjadi tujuan dari pendidikan berbasis masyarakat. Apalagi di era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini, diperlukan manusia dengan sumber daya manusia yang berkualitas untuk memajukan dan membangun bangsa. Karena membangun bangsa dimulai dari membangun masyarakatnya.

*) Peresensi adalah Pustakawan dan Pengamat Sosial pada Yayasan Ali Maksum, Yogyakarta.

Sumber:

http://oase.kompas.com/read/2010/03/06/04041743/Merintis.Pendidikan.Berbasis.Masyarakat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud