Menuju Barepan Berdaya sebagai Dusun Wisata Unggulan : Memetakan Potensi, Menggaet Atensi

Oleh : Apriliana Susanti

Tak ingin sekedar menjadi tempat singgah, Barepan berbenah untuk menjadi tujuan para wisatawan di kawasan destinasi wisata dunia, Candi Borobudur.  Beragam upaya pun dilakukan, mulai dari menggalang komitmen bersama, pemetaan potensi wisata, hingga penguatan jaringan kemitraan antarpelaku wisata. Tujuannya satu, menggaet atensi lebih banyak wisatawan ke Dusun Barepan.

Terletak di kawasan destinasi wisata dunia Candi Borobudur tidak serta merta menjadikan Dusun Barepan terpetakan dalam daftar kunjungan utama wisawatan. Padahal, dusun yang terletak di Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Magelang ini memiliki potensi untuk menjadi tujuan  wisata utama di kawasan salah satu candi Buddha terbesar di dunia itu.

Selain kemudahan akses lokasi yang hanya berjarak kurang dari satu kilometer dari Candi Borobudur, Barepan juga memiliki beragam potensi unggulan yang menarik untuk tujuan wisata berkonsep desa. Kerajinan bambu, batik, kuliner desa, dan banyak potensi lainnya berpeluang besar menjadi aset emas wisata dusun ini.  Pun halnya dengan rumah penduduk yang merangkap penginapan (homestay) yang bertebaran di dusun ini, juga dapat menjadi pendukung konsep wisata desa.

Terkendala Penguasaan Bahasa Asing
Komunikasi yang baik dengan wisatawan menjadi salah pendukung suksesnya pariwisata. Penguasaan bahasa asing tentu saja menjadi syarat wajib bagi pelaku wisata di kawasan Candi Borobudur yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara itu. Akan menjadi nilai tambah bagi pelaku wisata (dalam hal ini pemandu wisata lokal) ketika ia tidak hanya bisa menawarkan wisatawan untuk memegang “Kunto Bimo” di dalam stupa, namun juga  bisa menjelaskan sejarah, kehidupan masyarakat, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan kawasan Candi Borobudur.

Sayangnya, kompetensi tersebut belum dimiliki oleh mayoritas warga Barepan. Warga mengaku masih gagap dan gugup ketika mereka harus berhadapan dengan wisatawan mancanegara. Itulah kenapa, minimnya penguasaan bahasa asing ini kerap dijadikan biang keladi seretnya kunjungan wisatawan ke Barepan.

“Kendala yang saat ini kami hadapi adalah keterbatasan kemampuan bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya. Padahal, kalau kami bisa menguasai bahasa asing, kami bisa menjelaskan banyak hal kepada tamu-tamu,” tutur Retno Ningtyas dari komunitas ibu-ibu perajin batik “Dewi Wanu” Dusun Barepan.

Kendala bahasa dan belum optimalnya pengelolaan potensi-potensi wisata lainnya pada akhirnya menyamarkan Barepan dalam peta kunjungan wisata  di kawasan Candi Borobudur.  Meski berada di kawasan wisata, Barepan belum banyak dilirik oleh para wisatawan.

“Bule (wisawatan mancanegara) sering datang. Tapi mereka sekedar lewat dan foto-foto saja, tidak ada sesuatu yang greget (menarik untuk dilihat),” papar Ayuk, salah seorang pemudi yang tergabung dalam Komunitas Anak Moeda Barepan (Amoeba).

Barepan Berbenah
Hanya bisa menjadi penonton sementara dusun-dusun lainnya berlomba menggaet lebih banyak kunjungan wisatawan membuat warga Barepan sadar bahwa mereka harus segera berbenah. Menangkap peluang dari kunjungan dua juta wisatawan per tahun yang mengunjungi kawasan Borobudur pada tahun 2019 mendatang  menjadi tantangan yang harus mereka eksekusi jika tak ingin tertinggal terlalu jauh dengan dusun di sekitarnya.

Upaya untuk meningkatkan pengelolaan wisata di Desa Barepan pun semakin digalakkan. Demi mewujudkan niat tersebut, warga termotivasi untuk  menjalin kerja sama dengan Combine Resource Institution (CRI), FMYY Jepang dan Radio Komunitas MGM FM Borobudur. Sebagai lembaga yang memiliki komitmen untuk  mengembangkan potensi wisata lokal di kawasan candi Borobudur melalui pemanfaatan media komunitas, baik CRI maupun FMYY Jepang  mendorong warga Dusun Barepan untuk terus menggali dan meningkatkan potensi yang mereka miliki.

Mengawali kerja sama tersebut, Agustus 2015 lalu keempat pihak menggelar forum diskusi di Dusun Barepan. Dalam forum yang melibatkan komunitas Karang Taruna Amoeba, perangkat dusun, dan komunitas “Dewi Wanu” itu, warga menyadari pentingnya mengelola potensi budaya lokal sebagai bagian dari aset wisata berbasis komunitas.

“Kami sudah menunggu kesempatan untuk didampingi seperti ini. Kunci utamanya adalah kami mau belajar untuk mengemas potensi wisata di dusun kami melalui forum diskusi ini,” ungkap Kepala Dusun Barepan dalam forum diskusi saat itu.

Tujuan peningkatan pengelolaan wisata tentu saja mengerucut pada meningkatnya kuantitas dan kualitas kunjungan wisatawan ke Dusun Barepan. Harapannya, Dusun Barepan tidak lagi sekedar menjadi tempat singgah wisatawan untuk waktu singkat, namun menjadi tempat tujuan utama wisatawan menghabiskan waktu liburannya.

“Ada dua macam tujuan tempat wisata, yakni yang menjadi tempat singgah (ampiran) dan yang menjadi tujuan utama (jujugan) karena ada sesuatu yang ingin dilihat oleh wisatawan. Maka tantangannya sekarang adalah menjadikan Dusun Barepan sebagai jujugan,” urai Andrew Dananjaya dari CRI.

Rintisan ini pun dimulai pada awal September 2015 lalu saat sejumlah mahasiswa dari Osaka University melakukan kunjungan ke Dusun Barepan. Mereka belajar tentang komunitas wisata di sana. Berbagai kegiatan digelar untuk menyambut para tamu dari Jepang tersebut, mulai dari kegiatan membuat origami untuk anak-anak hingga kelas memasak dari ibu-ibu yang menyebut diri mereka “Lotek Rempong” (yang juga merupakan anggota dari komunitas Dewi Wanu).

Aktivitas ala desa yang  ternyata sangat disukai oleh para tamu tersebut semakin memotivasi warga meningkatkan pengelolaan wisata di Barepan. Mereka pun terinspirasi untuk menggelar wisata unik dengan konsep Gala Dinner dalam salah satu forum diskusi di bulan September 2015.

Tidak tanggung-tanggung, konsep yang dipersiapkan satu minggu sebelumnya itu sukses membuat sepetak kebun warga menjadi taman lampion, pameran sederhana batik, dan tentu saja kudapan dan makan malam ala desa. Tak ketinggalan, atraksi tari tradisional dari para pemuda setempat semakin membuat konsep wisata tersebut semakin unik.

“Yang dilakukan tidak mengubah yang ada di Barepan, namun menghadirkan kegiatan wisata yang ada di dusun ini. Kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan memberdayakan warga, baik ibu-ibu dengan cooking class-nya, outbond oleh karang taruna, membuat kerajinan, maupun aktivitas lainnya,” papar Muhammad Hatta dari Komunitas MGM FM Borobudur.

Wisata Berbasis Komunitas
Peningkatan pengelolaan wisata berbasis komunitas mustahil dilakukan segelintir orang saja. Masyarakat sebagai pelaku utama dari aktivitas pariwisata yang berkelanjutan perlu dilibatkan dan diberdayakan. Dalam konsep pariwisata berbasis masyarakat, terkandung konsep pembagian peran dan manfaat yang secara nyata dapat dirasakan oleh masyarakat setempat.

Konsekuensi dari  pengelolaan wisata berbasis komunitas salah satunya adalah dengan menguatkan jaringan kemitraan antarpelaku wisata. Pemetaan potensi wisata pun mesti terus dilakukan. Penggalian kedua hal tersebut menjadi rujukan untuk menerapkan strategi dalam upaya meningkatkan potensi wisata Dusun Barepan ke depan.

Menjadi destinasi wisata unggulan bagi Dusun Barepan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Meski demikian, jalan menuju ke sana terbentang lebar. Warga kini telah berbenah, memberdayakan diri, memetakan potensi untuk menggaet atensi wisatawan. Semua itu demi Barepan sebagai dusun wisata unggulan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud