Jurnalis Warga di Grand Indonesia itu Bernama Andi

Oleh: Iskandar Zulkarnaen

Hari Senin (30/11) kemarin mungkin menjadi hari paling berkesan buat Andi Primaretha. Sore itu, kandidat master Studi Jurnalistik dan Media dari The London School of Public Relations ini sedang jalan-jalan di Grand Indonesia ketika tiba-tiba seonggok tubuh jatuh dan terjerembab di atas eskalator lantai dasar Grand Indonesia.

Yang terlintas di kepala Andi saat itu adalah, bagaimana agar orang-orang di luar sana secepatnya tahu apa yang sedang terjadi di dalam mal termegah itu? Media apa yang paling pas digunakan untuk menyebarkan peristiwa heboh ini lewat sebuah ponsel?

Facebook? Twitter? Atau blog?

Dengan sigap, Andi mengambil ponselnya, membuka situs Kompasiana versi Mobile, lalu bergegas mengetik sebaris berita:

Jakarta – sesosok wanita terjatuh dari lantai 5 di mall Grand Indonesia, penyebab terjatuhnya belum diketahui, saat ini mayat korban masih berada di eskalator.

Dia langsung klik button Publish, dan berita itu pun tayang di Kompasiana pukul 16.21 WIB via Mobile Web.

Informasi yang disampaikan Andi dengan super cepat ini memang super singkat. Tapi gairah Andi untuk berbagi informasi tidak berhenti sampai di situ. Di kolom komentar, dia melaporkan perkembangan berikutnya:

Berdasarkan informasi dari para penggunjung, korban adalah seoranga anak perempuan yang memanjat pagar pembatas dari lantai 5.

Lalu enam menit kemudian, tambahan berita muncul di bawahnya:

Saat ini korban telah dievakuasi oleh para petugas setempat.

Saya yang sore itu sedang bersiap-siap berangkat menuju rumah pak Pray dalam rangka persiapan acara launching bukunya yang akan digelar Sabtu (5/12) besok tertahan di depan komputer. Berita singkat ini tidak hanya menarik perhatian tapi juga menggemparkan.

Saya melihat Andi begitu gigih menjalankan tugas sebagai jurnalis warga dari rangkaian cerita yang disampaikan. Memang isinya sangat singkat, tapi berita itu dikirim lewat ponsel dan terus di-update dari menit ke menit. Reportase itu pun segera saya jadikan Headline (Berita Utama) dan menyarankan Andi untuk mengirim foto sebagai pelengkap berita. Maklum, versi mobile Kompasiana belum dilengkapi fitur unggah foto. Dan saran itu disambut positif oleh Andi di ujung ponsel sana.

Setelah itu, Andi keluar dari Grand Indonesia, mencari warnet terdekat, lalu mengirim semua foto hasil bidikannya lewat email. Cukup lama foto-foto berukuran lumayan besar ini  masuk ke kotak surat saya. Saya membayangkan, foto-foto yang akan dikirim lebih banyak bicara dibandingkan seribu kata.

Dan ternyata benar. Foto-foto yang diambil dari kamera digitalnya ini sangat ekspresif dan mampu menangkap semua momen yang dibutuhkan. Andi berhasil menangkap gambar jasad  Ice Juniar, wanita berusia 24 tahun asal Palembang, sebelum dievakuasi oleh petugas. Lalu ada foto petugas mal yang sibuk membersihkan percikan kaca di eskalator. Dan ada juga foto kerumunan pengunjung yang berkumpul di pinggir pagar menonton kejadian tragis ini dari lantai teratas sampai bawah.

Terbukti, sense of news yang dimiliki oleh Andi tidak sia-sia. Berita ini menjadi top news di semua situs jejaring sosial dan berita online. Popularitasnya juga mengalahkan isu lain, termasuk kasus Bibit-Chandra yang saat ini sudah melewati masa-masa puncaknya. Kalau situs lain hanya bisa menyebutkan ‘korban mengenakan kaos kuning dan jelana jeans’, tapi Andi bisa mengungkapkan berita ini dengan foto yang jelas (tapi atas permintaan Andi foto jasad korban disamarkan).

Tak lama setelah Andi menurunkan berita ini di Kompasiana, redaksi KOMPAS.com menurunkan berita yang sama dengan menjadikan reportase Andi sebagai narasumber. Foto -foto Andi juga digunakan sebagai pelengkap berita.

Kegiatan jurnalistik oleh warga yang dilakukan Andi semakin mendapatkan momen yang tepat, saat tak lama kemudian aksi bunuh diri lain terjadi di mal yang sama mewahnya, Senayan City. Pelakunya Reno, pemuda berusia 25 tahun yang selama ini tinggal tidak jauh dari mal tersebut.

Setelah ini, Liputan Andi sebagai jurnalis warga akan terus membayang-bayangi pemberitaan lanjutan seputar kedua aksi bunuh diri, karena muncul dugaan keduanya adalah sepasang kekasih yang ingin membuktikan keabadian cinta mereka dengan cara bunuh diri.

Benarkah begitu? Entahlah.

Tapi yang pasti,  ucapan selamat layak disematkan untuk Andi Primaretha atas kesigapannya melaporkan peristiwa ini.

Berikut ditayangkan kembali foto-foto hasil bidikan Andi:

jasad ice sesaat setelah bunuh diri dari lantai 5 grand indonesia. (Andi Primaretha)

hasil bidikan kamera digital Andi Primaretha di lokasi kejadian (Andi Primaretha)

petugas Grand Indonesia mengevakuasi lokasi jatuhnya korban (Andi Primaretha)

para pengunjung berkerumun di lokasi kejadian (Andi Primaretha)

Sumber:

http://new-media.kompasiana.com/2009/12/01/jurnalis-warga-di-grand-indonesia-itu-bernama-andi/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud