Pengurangan Resiko Bencana Perlu Dukungan Manajemen Pengetahuan

Pengurangan risiko bencana (PRB)–dalam bahasa Inggrisnya disaster risk reduction–merupakan aspek penting dalam siklus penanganan bencana. PRB meliputi pelbagai pendekatan dan tindakan yang sistematis untuk mengenali, mengkaji, dan mengurangi risiko yang mungkin timbul akibat kejadian bencana. PRB juga bertujuan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana, seperti kerentanan psikis, sosial, dan ekonomi, sekaligus menangani bahaya-bahaya mungkin muncul akibat kerentanan itu.

Untuk membangun tubuh pengetahuan (body of knowledge) tentang PRB, kita perlu mengurai pengetahuan-pengetahuan tentang penanganan bencana yang sudah mulai terkodifikasi. Kodifikasi pengetahuan bencana berarti sejauhmana kita telah mengolah data, informasi, kebijakan, dan kearifan (wisdom) kebencanaan secara terstruktur dan rinci, misalnya (1) sudahkan ada penjelasan tentang perbukitan terjal dengan tanah longsor; (2) gunung berapi dengan efek erupsinya; (3) apa hubungan bantaran sungai dengan peristiwa banjir bandang, dan (4) di mana saja daerah rawan gempa bumi dan apa hubungannya dengan robohnya bangunan dan rumah.

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan dasar-dasar manajemen pengetahuan kebencanaan. Pengatahuan menurut Basuki (2009) berasal dan diterapkan dalam benak yang mengetahui. Di organisasi (dalam arti luas) pengetahuan tersimpan dalam bentuk dokumen, repositori, kegiatan rutin, proses, praktik dan norma organisasi. Pengetahuan itu berbeda dari data maupun informasi. Bila digambarkan dalam rangkaian informasi maka siklusnnya menjadi PERISTIWA –> FAKTA –> DATA –> INFORMASI –> PENGETAHUAN –> KEARIFAN–> PERISTIWA

Data merupakan fakta mentah, yang berubah menjadi informasi ketika diolah atau disesuaikan dengan konteks. Informasi menjadi pengetahuan bila diteruskan kepada orang lain serta menambah perbendaharannya. Foskett (1996) mengatakan knowledge is what I know, Information is what we know, i.e. shared knowoledge, Data any fact(s) assumed to be a matter of different observation.

Pengetahuan dapat dikelompokkan secara luas ke pengetahuan individual dan pengetahuan organisasi. Pengetahuan individu adalah pengetahuan yang berada dalam benak individu yang bersangkutan. Pengetahuan organisasi adalah pengetahuan yang terbentuk melalui interaksi antara teknologi, teknik dan manusia. Dalam bahasa Nonaka dan Takeuci (1991), pengetahuan terbagi menjadi dua, yaitu pengetahuan eksplisit dan implisit atau terpendam (tacit).

Berbekal pencerahan dari Basuki, masalah pengetahuan PRB merupakan tanggung jawab bersama antara warga yang tinggal di area yang rentan bencana dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam isu penanganan bencana. Kodifikasi atau pembakuan pengetahuan kebencanaan mutlak diperlukan karena penanganan bencana selalu melibatkan banyak pihak.

Pertama, kodifikasi pengetahuan dapat dilakukan dengan perbaikan pengetahuan di setiap lembaga, sudah menjadi rahasia umum bila akar permasalahan dalam penanganan bencana juga menyangkut kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga-lembaga yang menangani bencana. Alih-alih menjadi bagain penyelesai masalah, tak jarang lembaga penanganan bencana menjadi masalah tersendiri saat bencana terjadi.

Setelah itu tahap pembauran atau kolaborasi pengetahuan baru mungkin dilakukan. Ini langkah kedua dari pengelolaan pengetahuan. Menurut Prasetyo (2010), antarlembaga bisa bertukar data dan informasi. Proses itu tetap mempertimbangkan rasa hormat terhadap seluruh proses pengumpulan, penyimpanan, dan penyaringan pengetahuan yang dibuat dengan pengetahuan yang sudah dipunyai masyarakat. Lalu, penyebaran pengetahuan dapat dilakukan mengkonsolidasikan jaringan dan infrastruktur pendukung supaya akses dan distribusi pengetahuan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pihak.

Pada akhirnya, pemanfaatan pengetahuan sebagai produk akhirnya mendorong pengguna pengetahuan untuk mampu dan mandiri mendukung penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya. Pengetahuan dikembangkan melalui proses pengalaman di mana pengetahuan tersebut dipergunakan. Oleh karena itu PRB harus menjadi bagian terpadu dengan masyarakat.

Bukankan ini inti dasar dari pengurangan risiko bencana!

Yossy Suparyo, Pekerja Manajemen Pengetahuan COMBINE Resource Institution

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud