Media Alternatif untuk Pengembangan Komunitas

Pasca kejatuhan ORBA di bawah kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun bangsa kita memasuki era baru tidak hanya secara politis (reformasi) tapi juga era baru dalam kehidupan bermedia yang disebut liberalisasi media. Kebebasan berpendapat yang di kekang selama ORBA dibalas dengan kebebasan berpendapat, informasi dan komunikasi. Sekarang tidak hanya lembaga atau organisasi yang memproduksi informasi, individu atau pun komunitas dapat secara leluasa memperoleh, mengelolah dan menyampaikanya kepada khalayak sesuai tujuan.

Terlepas dari carut marut media massa nasional yang salah kaprah menterjemahkan liberalisasi informasi, yang marak dan ramai dibahas akhir-akhir ini adalah media komunitas. Media yang dikembangkan oleh komunitas entah berbasis teknologi informasi ataupun konvensional. Walaupun demikian masih ada kekeliruan mendasar tentang media komunitas. Misal saja pengertian media komunitas yang disamakan dengan koorporasi media / perusahaan media yang memiliki jaringan media.

Perlu dipahami bahwa, media komunitas tumbuh dari kerinduan akan penguatan komunitas-komunitas basis masyarakat yang selama orde baru tercerai berai oleh praktek developmentalisme dan penyeragaman sosial politik. Media komunitas juga merupakan bentuk perlawanan terhadap hegemoni informasi dan komunikasi yang diera reformasi dipraktekkan oleh koorporasi media. Praktek bermedia yang tersentralisasi pada kepentingan modal merupakan sasaran perlawanan media komunitas. Perlawanan lainya adalah kritik terhadap pola pengembangan komunitas yang cendrung top down tanpa memperhatikan energi dan daya komunitas. Media komunitas adalah media yang mengedepankan pola botom up dalam menghidupi komunitas.

Pedek kata, media komunitas adalah media dari, oleh dan untuk komunitas. Media komunitas bukan merupakan group media seperti Kompas Gramedia Group, JP Group, MNC dan sebagainya. Media komunitas tidak tersentral seperti grup media tetapi bersifat partisipatif. Perbedaan yang mencolok adalah group media dikendalikan oleh kepemilikan dan akumulasi modal dan media komunitas di hidupi, dikelolah dan berorientasi pada kebutuhan basis (individu maupun masyarakat) dalam komunitas. Mati hidupnya media komunitas terletak pada komunitas bukan intervensi modal maupun kekuasaan tertentu.

Pendekatan komunikasi media komunitas adalah komunikasi partisipatif sebagai alternatif untuk membendung paradigima dominan (top down) atau dengan kata lain mengedepankan partisispasi basis komunitas dalam proses komnikasi. Dalam pendekatan partisipatif komunitas diharapkan mampu merancang standar dan prioritas yang khas untuk mengatasi masalah dalam komunitas. Komunikasi partisispatif setidaknya mampu mengembangkan identitas kultural, bertindak sebgai wahana ekspresi diri komunitas, menyediakan alat untuk mendiagnosa masalah, serta memfasilitasi artikulasi problem komunitas (Srinivas, 1991).

Prinsip yang khas dari komunikasi partisipatif seperti yang dirilis Asian Institute of Journalism, 1998; Oepen adalah:
Akses. Diartikan sebagai kesempatan untuk menikmati sistem komunikasi yang ada dengan memilih dan memperoleh umpan balik
Partisipasi. Partisipasi mengandung pengertian keterlibatan anggota komunitas dalam proses pembuatan dan pengelolahan sistem komunikasi yang ada. Dalam praksisnya keterlibatnya dimulai dari tingkatan perencanaan, pengambilan keputusan serta produksi.
Swakelola atau swadaya. Merupakan partisipasi tingkat lanjut dimana anggota komunitas mempunyai kekuasaan penuh mulai dari akses, partisipasi sampai pada pengelolahan komuitas, sistem komunikasi serta kebijakanya.

KARAKTER MEDIA KOMUNITAS

Dilongok dari perkembangan media komunitas:
1.Piranti politik; yang mengejawantahkan hak-hak sipil & politik warganegara – voice of the voiceless; the mouthpiece of the oppressed people; creating consensus; broadening democracy.
2.Piranti pemberdayaan kaum papa informasi yang berada pada kalangan akar rumput pedesaan maupun perkotaan – to build community life; essetial tool for development.
3.Piranti cultural ; incorporate new format, other sound, type music, & voices; to seek out differences; to disseminate culture by giving artist broader expression within their listening audience.

PERAN KOMUNITAS ADALAH KATA KUNCI

Gozali, Effendi ( Dep Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003):
“ Media yang memfokuskan diri pada program dan pelayanan bagi masyarakat dan melibatkan anggota komunitasnya, dalam operasionalnya “;
Gerard, Bruce ( 2001 ) :
“Media komunitas bergantung pada keterlibatan masyarakat, dalam struktur maupun operasional. Masyarakat yang menentukan prioritas dan sekaligus menjalankannya.”;
Lewis, Peter ( 1998 ):
“Komunikasi bersifat partisipatif; participatory communication. Lantaran itu, maka tidak bisa lain, Media Komunitas, sifat kerjanya partisipatif. “
Howley, Kevin ( 2005 ) :
“ Community Media ; locally oriented and participatory media organizations and practices “

Sumber: http://andreyuris.wordpress.com/2009/01/03/media-alternatif-untuk-pengembangan-komunitas/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud