Jembatan Virtual Menembus Ajang Konvensi Perubahan Iklim

Gelaran United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) atau Pertemuan Tingkat Tinggi Konvensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa, yang dilaksanakan di Bali pada 3–14 Desember 2007 lalu, cukup membuka mata dunia ke Indonesia. Ribuan delegasi dari 185 negara, baik dari lembaga pemerintah maupun nonpemerintah, datang ke kawasan Nusa Dua, Bali untuk mengikuti rangkaian acara yang dilangsungkan menyebar di beberapa titik. Tentu saja, faktor keamanan pun menjadi salah satu prioritas utama. Terbagi dalam tiga ring, setiap sudut dan persimpangan jalan dari Bandara Internasional Ngurah Rai hingga kawasan Nusa Dua dijaga ketat oleh aparat keamanan. Akses masuk ke titik-titik pertemuan pun terbatas. Hanya delegasi dan pekerja media yang memiliki tanda pengenal khusus yang diperbolehkan masuk dan mengikuti rangkaian acara di sana.

Lalu, bagaimana cara masyarakat bisa mengikuti atau mendapatkan informasi mengenai hal-hal penting dan aktual yang dibahas dalam ajang tersebut? Tentu saja liputan media massa cetak dan elektronik adalah pilihannya. Terdaftar sejumlah 950 media dan sekitar 1.900 wartawan yang selama dua minggu penuh menyebarluaskan informasi dari arena pertemuan tingkat tinggi itu ke seluruh dunia. Bahkan, suplemen mengenai isu-isu terkait perubahan iklim pun banyak bermunculan di media massa, baik sebelum maupun sesudah gelaran itu berlangsung. Khalayak pun dengan cepat kenyang dengan asupan berita yang terbit begitu gencar. Namun, apakah itu cukup?

Kompleksitas dan tuntutan layanan informasi

Walaupun peliputan media yang terjadi begitu intensif, itu tidak serta merta memenuhi kebutuhan informasi dan komunikasi beberapa pihak tertentu, bahkan bagi sejumlah besar pegiat lingkungan hidup yang berada di Bali pada saat yang sama. Pertemuan tingkat tinggi yang termasuk dalam main event hanya bisa diikuti dan diliput oleh peserta dan pekerja media yang telah mendapatkan izin khusus. Sebagian besar lainnya hanya bisa mengikuti dan meliput kegiatan-kegiatan pertemuan parallel event yang digelar di sekitar lokasi main event di kompleks resort Nusa Dua. Selain itu, ternyata hampir setiap organisasi nonpemerintah dalam dan luar negeri yang hadir di sana memiliki agenda pertemuan internal masing-masing yang diadakan di luar kawasan Nusa Dua. Pertemuan-pertemuan itu dilakukan sebagai ajang konsolidasi internal dan pembahasan agenda yang akan dibawa perwakilan organisasi itu ke UNFCCC. Lantas, muncullah kebutuhan untuk mengetahui informasi mengenai hal-hal yang dibahas, baik di main event dan parallel event, maupun juga kebutuhan untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif.

Adalah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Friends of the Earth International (FoEI), bekerja sama dengan Yayasan Air Putih dan Combine Resource Institution (CRI), yang menggagas sebuah sistem informasi dan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan di atas. Sebuah media center berbasis internet pun kemudian dibangun dan dikelola selama ajang UNFCCC berlangsung. Berpusat di Lobby Goodway Hotel, Taman Mumbul, Nusa Dua, redaksi media center itu digiatkan. Mengingat kompleksnya kebutuhan yang dituntutkan, Air Putih dan CRI pun menyiapkan satu paket sistem yang mampu membantu kepentingan komunikasi dan tukar informasi. Sebuah website dengan alamat www.balimediacenter.org diluncurkan sebagai media utama yang berisi layanan data dan informasi mengenai UNFCCC dalam dua bahasa; Indonesia dan Inggris. Website itu memiliki layanan weblive yang mampu menampilkan berita foto secara real time dan radio online melalui teknologi streaming yang bisa diunduh dokumen rekamannya.

Untuk kepentingan komunikasi, Air Putih dan CRI membangun layanan SMS Gateway yang digunakan oleh sekretariat WALHI dan FoEI untuk mengoordinasikan agenda-agenda kegiatan mereka. Layanan itu berupa distribusi informasi melalui short message service (SMS) yang mampu menjangkau langsung per individu karena hanya memerlukan handphone sebagai pesawat penerima. Koneksi internet nirkabel gratis juga disediakan sebagai dukungan terhadap kegiatan komunikasi. Masing-masing, sebuah jaringan dipasang di dua hotel yang menjadi pusat kegiatan internal WALHI dan FoEI. Di luar itu, sebuah sistem koneksi nirkabel juga selalu disiapkan sebagai layanan mobile yang bisa dipasang di titik-titik parallel event setiap saat.

Pesan itu harus tersampaikan

Apa yang dibahas dalam rangkaian pertemuan di Nusa Dua, Bali itu sangat penting, karena secara langsung menyangkut kehidupan masyarakat di belahan bumi mana pun. Momentum UNFCCC yang sangat strategis itu pun dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk turut berpartisipasi mengampanyekan keadilan iklim di dunia. Sebagai ajang berskala internasional, jelas saja kebutuhan layanan informasi dan komunikasi menjadi utama. Jaringan akses media berbasis internet yang dibangun oeh Air Putih dan CRI itu menjadi salah satu jembatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Masyarakat di luar ajang event mampu menembus batas ruang dan waktu untuk mengetahui hal-hal yang dibahas. Para pegiat lingkungan hidup yang memiliki akses terbatas ke semua event pertemuan pun bisa tetap memantau isu aktual melalui media tersebut.

Pesan-pesan penting yang bertebaran di arena UNFCCC, oleh tim Air Putih, CRI, dan WALHI dikemas dalam berbagai format. Format utama tetap berupa data dan informasi teks serta foto yang bisa diakses di website. Selain itu, paket informasi dalam format audio juga disediakan. Setiap hari, diadakan siaran langsung dari lokasi-lokasi pertemuan dan beberapa kali diadakan acara talkshow di studio mini Bali Media Center di Goodway Hotel. Siaran langsung itu digarap dengan menggunakan pesawat handytalkie (HT) yang diterima dengan RIG yang terhubung dengan modul weblive di website. Pengunjung website pun dapat mendengarkannya secara langsung maupun tunda dengan layanan poddcast yang disediakan di website tersebut. Siaran talkshow di studio mini Bali Media Center diolah dengan mixer audio yang portable dan dihubungkan langsung ke internet, sehingga bisa didengarkan sebagai siaran live streaming. Konten audio itu dijaringkan dengan beberapa kantor berita berbasis komunitas dan radio-radio komunitas di Indonesia yang bermitra dengan CRI. Mereka dapat me-relay siaran itu atau cukup dengan menyiarkan konten audio Bali Media Center yang dapat diunduh dari website. Korban lumpur Lapindo Sidoarjo, Jawa Timur adalah salah satu narasumber dalam talkshow Bali Media Center itu.

Pada sisi koordinasi, para pegiat lingkungan hidup dari dalam dan luar negeri yang hadir di ajang itu menggunakannya untuk berkomunikasi, baik dengan sesama partisipan di venue yang berbeda, dengan panitia kegiatan di berbagai venue, maupun dengan lembaga mereka masing-masing. Layanan internet yang banyak digunakan oleh para pengguna (user) di titik-titik layanan terutama adalah berkomunikasi dengan aplikasi instant messanger, pencarian dan pengunduhan data serta informasi dengan web-browser, berkomunikasi dengan aplikasi mail client, berkomunikasi audio dengan aplikasi audio messenger (misal Skype), dan update antivirus.

Sebagai sebuah media alternatif  dalam ajang UNFCCC, Bali Media Center itu dibangun dengan prinsip bahwa informasi bisa dikelola dan dipertukarkan oleh siapa saja. Website dengan segala isinya adalah satu sisi sumber data dan informasi yang dikelola dengan mengombinasikan berbagai sarana teknologi. Di sisi lain, kemampuan para pengguna jaringan internet untuk bisa mengakses informasi tersebut dan berkomunikasi atau bertukar data dan informasi dengan pengguna lain, yang sangat mungkin terpisahkan jarak hingga ribuan kilometer. Adalah hak masyarakat untuk tahu hal penting dari ajang besar yang menentukan masa depan umat manusia di muka bumi. Adalah kewajiban, di sisi yang lain, bagi orang-orang yang punya kesempatan dan akses dalam ajang tersebut untuk menyebarluaskan apa yang mereka bahas dan sepakati. Pesan yang tersampaikan, untuk kehidupan yang lebih baik. Semoga. ***

Oleh Elanto Wijoyono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud