Prinsip Desain dan Produksi Buletin Komunitas

Oleh Combine Resource Institution

Media yang kita baca sehari-hari tidak hanya dikerjakan oleh bagian redaksi. Tapi juga melibatkan proses produksi. Bagaimana membuat halaman muka yang menarik, judul yang jelas, tulisan yang nyaman untuk mata saat dibaca hingga ukuran kaertas seberapa yang cocok untuk media kita. Dengan tampilan yang dihasilkan dari proses produksi yang baik, maka media kita tidak saja akan memikat pembaca karena isi tulisannya yang bagus, tapi juga karena penampilan medianya.Halaman Muka

Jika iklan parfum Axe mengatakan, “kesan pertama begitu menggoda”, maka untuk membuat halaman muka kita mesti bilang, “kesan pertama harus menggoda”. Sebab halaman muka memiliki peran dalam menarik perhatian pembaca saat pertama kali melihat, sebelum pembaca memutuskan untuk membaca isinya. Untuk buletin, tabloid dan majalah, halaman muka biasa disebut sampul atau cover. Isinya antara lain, nama media, ilustrasi baik foto atau gambar, judul berita dan keterangan tambahan.

Sedang pada koran, halaman muka biasanya diisi nama media, foto jurnalistik, berita utama serta beberapa keterangan tambahan. Keterangan tambahan tersebut bisa berupa harga medianya, tanggal terbit maupun nomor edisinya.

Halaman muka yang menarik akan menampilkan nama medianya secara jelas. Pilihan hurufnya tidak terlalu tipis, sehingga akan memudahkan pembaca. Jika halaman muka tersebut berupa sampul, maka penempatan ilustrasi yang mencuri perhatian dan judul berita yang membuat penasaran pembaca, akan ikut membuat media kita menarik. Sedang bila halaman muka tersebut untuk media seperti koran, maka penempatan foto jurnalistik dan judul tulisan utama harus mencolok sehingga menjadi pusat perhatian pembaca saat pertama kali melihat.

Bentuk Media

Selain halaman muka, hal yang akan berpengaruh terhadap tampilan sebuah media adalah bentuknya. Secara umum, di luar negeri, media dibagi atas tiga bentuk:

  1. Newsletter (buletin) dengan ukuran maksimal kertas legal (21,5 X 35,5 cm).
  2. Newspaper (koran) dengan ukuran antara 29 X 42 cm hingga 42 X 58 cm.
  3. Magazine (majalah): dengan ukuran antara 21,5 X 29 cm hingga ukuran kertas legal. Ciri lain dari kategori majalah adalah lembaran halamannya dijilid.

Sementara, di Indonesia, umumnya bentuk media yang dikenal ada empat:

  1. Newsletter (buletin) ukuran maksimalnya folio (21,5 X 33 cm).
  2. Newspaper (koran) dengan ukuran 35 X 58 cm hingga 42 X 58 cm.
  3. Tabloid dengan ukuran 29 X 42 cm.
  4. Magazine (majalah) dengan ukuran antara 21,5 X 29 hingga ukuran folio maupun legal. Selain itu, di kenal juga majalah berukuran lebih kecil, seperti Intisari dan yang berukuran lebih besar, seukuran tabloid, adalah Majalah Film.

Setelah kita memilih bentuk media, maka selanjutnya kita akan menyesuaikan kolom pada media tersebut. Umumnya, kolom memiliki lebar antara 40-100 mm (4-10 cm). Untuk ukuran kolom, sebaiknya kita membiasakan memakai ukuran milimeter (mm). Sebab bila media kita menerima pemasangan iklan, maka ukuran yang lazim dipakai adalah milimeter kolom (mmk).

Jumlah kolom pada media, menyesuaikan dengan bentuk media yang dipilih. Buletin dan majalah umumnya terdiri dari 2-4 kolom. Koran memiliki 5-9 kolom sedang tabloid antar 3-5 kolom.

Memilih Huruf

Kalau kita perhatikan, media massa memiliki jenis huruf yang beragam. Ada huruf yang berekor, ada pula yang tidak. Contoh huruf yang berekor adalah seperti yang digunakan oleh Bernas, Kedaulatan Rakyat dan lainnya. Sedang yang tidak berekor contohnya adalah huruf yang ada pada makalah ini. Ada bedanya bukan?

Menurut penelitian, huruf berekor lebih disukai pembaca. Karena dia tampak luwes, indah dan tidak melelahkan mata saat membaca media. Sedang huruf tidak berekor sebaliknya. Karena pertimbangan itulah maka hampir sebagian besar media menggunakan huruf yang berekor daripada yang tidak.

Untuk ukuran huruf, dapat menggunakan ukuran 6-10 poin tergantung tipe hurufnya. Sedang untuk di luar isi, seperti, judul dan lead huruf yang digunakan dapat disesuaikan dengan ukuran yang lebih besar, cetak tebal atau cetak miring.

Ilustrasi

Untuk melengkapi sebuah tampilan media, kita dapat menambahkan ilustrasi. Ilustrasi bertujuan sebagai pelengkap dalam membuat media secara umum, dan tulisan secara khusus agar menarik perhatian pembaca. Ilustrasi bisa berupa gambar, foto, tabel, diagram dan sebagainya.

Posisi ilustrasi yang mencolok akan memancing pembaca untuk memperhatikan. Untuk itu, maka sebaiknya ilustrasi tajam, kontras, jelas dan mendukung maksud media atau tulisan yang diberi ilustrasi.

Prinsip Desain

Untuk membuat media kita lebih menarik, maka sebaiknya kita juga memperhatikan prinsip dalam mendesain media. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

  1. Keseimbangan — Desain media harus seimbang. Letaknya, pilihan warna yang digunakan, kekontrasan dan ukuran sebaiknya menggunakan dasar perbandingan yang baik. Untuk ukuran gambar perbandingannya seperti perbandingan yang biasa kita pakai kalau kita mencetak pas foto untuk KTP, yaitu 2X3, 3X4 atau 4X6.
  2. Kesatuan — Tata letaknya pada tiap bagian dan halaman harus menyatu. Bila sudah memilih menggunakan huruf berekor, misalnya, maka sebaiknya seluruh isi media menggunakan huruf tersebut. Jangan menggunakan huruf secara bergantian antara huruf berekor dan huruf tidak berekor setiap ganti halaman. Karena itu akan mengganggu pembaca menikmati tulisan.
  3. ‘Kesan pertama harus menggoda’ — Tampilan media selalu dituntut agar mampu menarik perhatian orang. Gambar kontras dan jelas tentu lebih menarik ketimbang yang kabur dan pecah. Judul berita utama yang besar dan mudah dibaca pasti lebih enak dinikmati daripada tulisan kecil, nyempil.

Tujuan Desain Media

Penggunaan prinsip-prinsip desain tersebut pada akhirnya bertujuan untuk:
Menarik pembaca.

  1. Identitas media; Desain media harus mampu menjadi ciri bagi sebuah media, sehingga pembaca akan tahu ciri tampilan media untuk membedakan antara satu media dengan yang lainnya.
  2. Luwes; Media harus dibuat seluwes mungkin. Jangan sampai pembaca dbebani dengan hal-hal yang merepotkan. Misal, ukuran medianya mudah dibawa sehingga dapat dibaca di mana saja, mutu kertas tidak terlalu buruk, dsb.
  3. Mudah dibaca; Media massa harus mudah dibaca dan tidak rumit. Pilih jenis dan ukuran huruf yang nyaman bagi pembaca,warnanya yang cukup kontras, dan sebagainya.
  4. Runtut; Susunan tata letak di media harus runtut agar tidak membingungkan pembaca. Urutan halaman, sambungan tulisan, rubrikasi, dsb.

Teknik Produksi

Untuk memulai tahapan produksi, maka dibutuhkan beberapa hal, antara lain:

  1. Partitur – Gambaran kasar penempatan tata letak pada media. Berguna sebagai kerangka.
  2. Dummy – Tiruan media yang akan diproduksi, tapi dalam ukuran yang lebih kecil. Berguna sebagai panduan untuk menyusun apa saja yang akan dimasukkan dalam media.
  3. Menyusun Halaman — Memilah isi, rubrik dan ilustrasi tiap halaman untuk ditata sebelum diproduksi. Biasanya dilakukan saat pertama kali akan menerbitkan media. Setelah itu, jika dianggap tidak perlu melakukan perubahan berarti pada medianya, maka susunan halaman tersebut akan jadi semacam panduan bagi tata letak media tersebut.
  4. Teknik Produksi —

a. Teknik Manual.
Pada teknik ini, untuk membuat media kita menggunakan cara yang sederhana. Untuk melakukan proses tata letak tersebut, maka kita perlu menguasai teknik montase, kolase, sistem grid, dsb. Sistem manual ini memungkinkan kita untuk membuat media dengan lebih sederhana. Misal, membuat majalah dinding (mading) di suatu komunitas. Tulisannya bisa berupa tulisan tangan. Dengan sistem grid, kita akan terbantu membagi ruang media kita untuk menyusun materi media yang ada. Seperti berita, gambar, foto, dan sebagainya. Kolase dan montase akan membantu kita dalam mengolah tata letak dengan cara memotong dan menempel.

b. Teknik Komputer.
Untuk produksi media, kita juga bisa menggunakan komputer. Untuk mengerjakannya, kita bisa belajar tentang Coreldraw dan Macromedia Freehand (untuk mengolah gambar), Adobe Photoshop (untuk mengolah foto), Adobe Pagemaker (untuk melakukan tata letak). Meskipun ada dua teknik produksi, manual dan komputer, namun untuk penggandaan media cetak, kita bisa menggunakan teknik dari yang paling sederhana yakni fotokopi, sablon hingga cetak mesin besar (offset) seperti media umum. Sedang bila bentuk media berupa majalah dinding atau mading, proses penggandaan menggunakan teknik manual. Ditulis tangan atau diketik rangkap dua misalnya, lalu proses montase dan kolasenya juga dilakukan dua kali di papan mading.

Disampaikan dalam Pelatihan Radio Komunitas Mitra Program Community Radio Monitoring (CRM) di Yogyakarta, 3 – 9 Desember 2004

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud