Pengurangan Risiko Bencana Alam Berbasis Komunitas, Kombinasikan Teknologi dan Ibadah

Oleh: Romeyzar
Kabupaten Solok memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang luar biasa. Seperti keindahan alam, lahan pertanian dan yang lainnya. Selain itu, dinilai  maju di bidang pemerintahan dengan kepeloporan penerapanan good local governance secara konsisten dan konsekuen di Indonesia, serta  maju di bidang pembangunan dan, kemasyarakatan.

Namun pelaksanaan kegiatan pembangunan itu sendiri dengan sejumlah hasilnya tidaklah mudah. Daerah penghasil beras ternama ini dihadapkan pada situasi kondisi yang  rawan bencana seperti gempa, gunung meletus, konflik masyarakat, banjir, angin ribut/badai dan lainnya. Bahkan, Gunung Api Talang yang ada di Kabupaten Solok hingga saat ini masih menunjukkan aktivitasnya yang berfluktuasi.

Berbekal pengalaman setiap kali menghadapi bencana alam, Kabupaten Solok tak hentinya terus menyiapkan dan menyiagakan diri agar kian mapan dalam penanganan, baik sebelum terjadi, saat terjadi dan setelah terjadi bencana.

Bupati Solok, Gusmal mengatakan, daerahnya saat ini telah memiliki protap penanganan bencana alam. Ke depan, segera disiapkan pula crisis centre yang dilengkapi dengan  peralatan pendeteksi runnet yang bisa mengakses langsung informasi dari BMG.

Menurut Kepala BMG Padangpanjang Sumarso,  harga satu set peralatan pendeteksi bencana alam runnet Rp40 juta. Sejauh ini, ada 5 daerah kabupaten/kota di Sumbar yang telah menggunakan. Masing-masing di Kantor Gubernur Sumatera Barat, Kota Padang, Kabupaten Agam, Kabupaten Mentawai dan Kabupaten Padangpariaman. Untuk operasional peralatan ini, ditempatkan petugas yang telah dilatih BMG.

”Sebetulnya, kita telah mensosialisasikannya tidak terbatas pada 5 daerah tersebut, contoh salah satunya Kabupaten Dharmasraya,” ujar Suarso. Menurut Kepala BMG Sumatera Barat itu, runnet yang berasal dari pusat tersebut sangat canggih.

Meski hanya dilengkapi seperangkat komputer dan receiver, namun peralatan dimaksud bisa beroperasi tanpa hambatan. Tidak tergantung telepon macet dan akurasi datanya sangat tinggi. Pengguna bisa mendapatkan langsung ekspos database. Untuk masalah yang masih ada, ungkap Suarso, hanya menyangkut bahasa teknis.

”Bahasa teknis itu tidak semua pengguna bisa memahami. Tapi, kita telah menambah database,” aku Kepala BMG seraya menambahkan BMG Sumatera Barat pun telah menyerahkan 6 sirene pendeteksi tsunami. Masing-masing kepada Pemkab Pesisir Selatan, Padang, Padangpariaman, Tiku Agam dan Pasaman Barat.

Tidak cukup hanya itu, Pemkab Solok, Kamis (3/7) menggelar kegiatan lokakarya Studi Pengurangan Risiko Bencana Alam Berbasis Komunitas dan Menciptakan Komunitas yang Aman Melalui Pengurangan Risiko Bencana, di guest house rumah dinas Bupati Solok, Arosuka.

Lokakarya yang didukung Bappenas, BNPB, badan dunia UNDP, Depdagri, Konsultan  SC-DRR, Pusat Studi Menejemen Bencana UPN Veteran Jogyakarta tersebut, dibuka secara resmi oleh Bupati Solok, Gusmal yang sekaligus memberikan sambutan dengan leading sector Bappeda Kabupaten Solok.

Pada kesempatan lokakarya, Gusmal meminta masyarakat Kabupaten Solok tidak hanya mengandalkan upaya teknis manusia semata. Melainkan, secara mendasar hendaknya tetap mengingat dan berdoa kepada Allah SWT, minimal melalui shalat Tahajjud dan shalat Duha.

Terkait dengan ini, bupati menambahkan Pemkab Solok sejauh ini telah memprakarsai kegiatan ritual keagamaan bagi pembekalan rohani/mental umat berupa tabliqh akbar, tausyiah, dzikir bersama, ESQ dan lainnya. ”Jadi, jangan lupa kebesaran dan kekuasan Allah. Semuanya itu datang atau berasal dari dan akan kembali pula kepada Allah,” katanya. (romeyzar)

Padangekspres.co.id, rabu, 09 juli 2008

Sumber:

http://studio42c.wordpress.com/2009/02/11/pengurangan-risiko-bencana-alam-berbasis-komunitas-kombinasikan-teknologi-dan-ibadah/

One thought on “Pengurangan Risiko Bencana Alam Berbasis Komunitas, Kombinasikan Teknologi dan Ibadah

  • Pertama kalinya Ortu kami mbkeuma lahan di Lembah Anai tahun 1960 utk pabrik kertas tahun sampai tahun 2000 batang Anai tidak pernah banjir seperti sekarang, karena ekosistem diatas kawasan Lembah Anai belum dijamah oleh tangan2 oknum yang tidak bertanggung jawab.Masalah gempa dan longsor dua hal yang berbeda penyebabnya, kami mengharapkan Pejabat terkait jgn asal ngomong tanpa ada penelitian, krn beberapa kali gempa di Sumbar tidak merusak permukaan jalan, bergesernya pondasi jembatan KA, rontoknya batu2an pada tebing2 sepanjang jalan di Lembah Anai, termasuk bangunan reot kami di sana tidak mengalami kerusakan.Masalah longsor & banjir di Lembah Anai ini disebabkan kerusakan lahan kawasan hutan lindung dan kawasan Wisata alam Lembah Anai (mega mendung), kami menduga kerusakan kawasan Lembah Anai ini disebabkan adanya pembiaran & ketidakmampuan penjagaan hutan lindung oleh Polsus hutan, padahal kelestarian alam pada Kawasan Wisata Lembah Anai harus kita jaga dgn baik.Melalui tulisan ini diharapkan Pemda mengambil langkah konkrit untuk menetapkan Kawasan Lembah Anai sebagai “Kawasan Wisata Terpadu yang bernuansa lingkungan” dimana Kawasan Wisata terpadu ini langsung dikelola dan diawasi oleh Pemda Sumbar dan Pemkab Tanah Datar.Tujuan ditetapkan Kawasan Lembah Anai sebagai sebagai kawasan Wisata Terpadu adalah ;1. Pembangunan harus sesuai masterplan kawasan2. Pengawasan hutan sekitar kawasan lebih ketat, agar kelestarian kawasan alam wisata dapat dijaga dgn baik.3. Mempermudah investor membangunan industri pariwisata di Lembah Anai.4. Pembangunan industri pariwisata berwawasan lingkunganSemoga tulisan ini dibaca oleh penjabat terkait, agar kelestarian kawasan Lembah Anai dapat dijadikan sebagai KUNJUNGAN WISATA ALAM DI SUMBAR.Terima kasih

Tinggalkan Balasan ke Bikka Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protected with IP Blacklist CloudIP Blacklist Cloud